Selasa, 22 Februari 2011

Diet Sehat untuk Gout (Asam Urat)

Protein adalah nutrisi yang sangat diperlukan tubuh. Namun, bagi penderita gout (asam urat), salah satu jenis protein yang disebut purin harus dihindari atau dibatasi konsumsinya. Makanan apa saja boleh dan tidak boleh dinikmati?
Rasanya tidak banyak soto jeroan yang disantapnya, tapi Bagus harus menelan akibat yang luar biasa. Sendi ibu jari kakinya terasa nyeri dan kaku. Kulit di atas sendi itu pun tampak membengkak kemerahan. Itu tanda asam uratnya kumat.
Sejak didiagnosis terkena penyakit asam urat (gout), ia memang harus benar-benar memperhatikan makanan yang diasup. Bahan pangan tinggi purin, seperti jeroan, daging kambing, dan makanan laut (seafood) harus dihindari.
Memang semua jenis makanan itu tergolong lezat dan mudah menggoda selera. “Kalau hanya sekali-kali menikmati yang enak-enak, masa iya nggak boleh, Dok,” kata Bagus saat berkonsultasi ke dokter, sambil meringis kesakitan.
Timbunan Kristal
Menjalankan diet secara teratur tentunya bukan hal mudah. Selain kesabaran dan ketekunan, perlu adanya dukungan dari orang-orang terdekat. “Pada awalnya rata-rata penderita asam urat memang sulit mengontrol diet rendah purin. Mereka bosan dan merasa tersiksa. Tapi, kalau sudah merasakan akibatnya, kebosanan itu akan hilang,” kata Prof. Handono Kalim, Sp.PD-KR, rematolog dari RS Syaiful Anwar, Malang. Purin adalah protein dari golongan nukleoprotein. Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin. Peningkatan asam urat akan terjadi bila produksi asam urat meningkat atau karena pengeluaran asam urat menurun.
Peningkatan produksi asam urat berasal dari makanan yang banyak mengandung protein, yang akhirnya meningkatkan pembentukan purin. Sementara pengeluaran asam urat dapat menurun akibat adanya penyakit ginjal atau karena pemberian obat-obatan tertentu.
Kadar asam urat yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kristal asam urat. Apabila penimbunan kristal itu terbentuk pada cairan sendi, terjadilah penyakit gout (asam urat). Jika penimbunan itu terjadi pada ginjal, akan muncul penyakit batu asam urat dalam ginjal (batu ginjal).
Untuk mengurangi pembentukan asam urat, konsumsi makanan tinggi purin harus dibatasi atau bahkan dikurangi. Karena itulah diet rendah purin harus dilakukan oleh para penderita gout dan batu asam urat di ginjal. Pola diet ini juga sekaligus bermanfaat untuk memelihara berat badan tetap ideal.
Minum Lebih Banyak
Dalam pengaturan diet, penderita asam urat dianjurkan membatasi asupan purin hanya sekitar 120-150 mg per hari. Bahkan jika kadar asam urat lebih dari 10 mg/dL, disertai pembengkakan sendi, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bebas purin.
Bila kadar asam urat darah lebih dari ukuran normal (di atas 7 mg/dL), hendaknya menghindari makanan golongan A dan membatasi konsumsi makanan golongan B. Yang masuk golongan A adalah hati, ginjal, otak, jantung, seafood, dan sebagainya. Makanan itu mengandung 150-1.000 mg purin dalam setiap 100 gr bahan pangan.
Bahan pangan golongan B antara lain daging sapi, ikan laut, kacang kering, bayam, kembang kol, dan sebagainya. Kadar purin dalam jenis makanan itu sekitar 50-150 mg purin dalam setiap 100 gr bahan pangan.
Jenis makanan yang relatif aman untuk dikonsumsi yaitu yang masuk golongan C, seperti keju, susu, telur, oncom, dan sebagainya. Dalam setiap 100 gr bahan pangan tersebut terkandung sekitar 0-15 mg purin.
Selain menganut pola makan sehat seimbang sesuai kebutuhan, para penderita asam urat juga sebaiknya menghindari konsumsi alkohol. Alkohol merupakan salah satu sumber purin dan juga dapat menghambat pembuangan purin melalui ginjal.
Pasien juga disarankan untuk banyak minum air putih. Pengeluaran air seni (urin) sebanyak 2 liter atau lebih setiap harinya akan membantu pembuangan asam urat sekaligus meminimalkan pengendapan asam urat dalam saluran kemih.
Meski tidak sebebas orang sehat dalam memilih menu, bukan berarti pasien asam urat tak boleh menikmati masakan lezat. Yang jelas, semua jenis karbohidrat seperti beras, kentang, singkong, terigu, tapioka, gula, hunkwe, makaroni, mi, bihun, roti, dan biskuit, boleh disantap.
Sementara itu, jenis ikan, ayam, telur, tahu, tempe, dan oncom dibatasi maksimal 50 gr/hari. Daging dapat diganti dengan susu dan keju yang kandungan purinnya rendah.
Hindari Obat Tertentu
Jika pasien membandel dan penyakitnya kambuh, memang tersedia berbagai terapi. Bila terjadi serangan akut, ada obat-obatan untuk mengurangi peradangan, seperti obat analgesik/NSAID, kortikosteroid, tirah baring, atau kolkisin.
Setelah serangan akut berakhir, terapi ditujukan untuk menurunkan kadar asam urat dalam tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kolkisin atau obat yang memacu pembuangan asam urat lewat ginjal (misalnya probenesid) atau obat untuk menghambat pembentukan asam urat (misalnya allopurinol).
“Pemberian obat dan suplemen juga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari pengobatan. Untuk keadaan darurat bisa diberikan kompres dingin atau hangat bila terjadi pembengkakan pada bagian tubuh yang terasa nyeri. Lebih lanjut untuk penyembuhan atau mengurangi terjadinya risiko, fisioterapi dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli,” kata Prof. Handono.
Namun, kembali ia mengingatkan, langkah terbaik yang semestinya dipilih pasien adalah mencegah kekambuhan. Caranya, dengan menganut diet yang tepat.
Penggunaan obat-obatan yang dapat menaikkan kadar asam urat darah juga harus dihindari. Obat-obat itu di antaranya aspirin, niasin, dan yang bersifat sebagai peluruh kencing (diuretik).
Jadi, bagi Anda yang memiliki masalah artritis gout atau asam urat tinggi, segera mulai menata pola makanan yang cocok. Ingat, keberhasilan mengendalikan kadar asam urat akan membantu Anda mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Sumber : Senior

Tidak ada komentar:

Posting Komentar